rangkuman Barking Up The Wrong Tree : The Suprising Science Behind Why Everything You Know About Success (Mostly) Wrong

Barking Up The Wrong Tree : The Suprising Science Behind Why Everything You Know About Success (Mostly) Wrong membahas tentang dua sisi dalam mencapai kesuksesan.

Berbicara tentang sukses, kita seringkali hanya mendengar satu sisi sehingga hal itu menjadi kepercayaan kebanyakan dari kita. Jika hal itu sesuai dengan kita, itu akan bekerja. Jika tidak?

Padahal dalam melihat kesuksesan kita harus melihat dari sisi yang lain, dimana juga menyajikan kesuksesannya sendiri. Dengan melihat dua sisi, kita tidak akan lagi melihat sesuatu secara tidak mungkin.

My Reading Notes

  • Kesuksesan tidak selalu tentang melakukan sesuatu dengan sempurna, melakukan dengan sangat baik pada hal yang kamu ahli. Karena terkadang sesuatu yang dianggap menjadi kelemahan orang lain bisa menjadi kekuatan.
  • Ada dua alasan kenapa murid nomor satu di sekolah belum tentu menjadi nomor satu di kehidupan:
    • Pertama, sekolah menghadiahi murid yang melakukan sesuatu dengan konsisten sesuai dengan apa yang diperintahkan dan nilai hanya mengartikan bahwa siswa itu memiliki disiplin terhadap aturan.
    • Kedua, sekolah menghadiahi siswa yang bisa mendapatkan A di semua mata pelajaran. Siswa tidak bisa benar-benar fokus terhadap apa yang disukainya dan ini tidak membuahkan keahlian.
    • Dari dua alasan di atas, kita bisa tarik kesimpulan, bahwa sekolah memiliki aturan-aturan yang jelas, sedangkan hidup tidak. Dan ketika tidak ada panduan untuk diikuti, para nomor satu di sekolah akan mudah gugur.
    • Penelitian Shawn Achor di Harvard menunjukkan bahwa nilai kuliah tidak lagi bisa memprediksi kesuksesan dalam hidup.
  • Bertahun-tahun, peneliti akademis tidak bisa memastikan apa yang membuat seorang pemimpin itu hebat.
  • Gautam Mukunda berspekulasi bahwa alasan yang membuat hasil tidak konsisten dalam penelitian adalah karena 2 tipe fundamental pemimpin:
    • Pertama, orang-orang yang melalui jalur formal, mendapat promosi, mengikuti aturan yang ada, dan memenuhi ekspektasi. Pemimpin seperti ini adalah filtered.
    • Kedua, orang-orang yang tidak menunggu orang lain untuk mempromosikan dirinya, yang tidak disangka-sangka mendapatkan jabatan penting, mengambil keuntungan dalam badai yang terjadi. Pemimpin seperti ini adalah unfiltered.
    • Kita terlalu menjunjung tinggi arti ‘baik.’ Padahal baik adalah rata-rata. Untuk menjadi hebat, kita harus berbeda. Dua tipe di atas bukanlah menjadi masalah karena selama kita dalam lingkungan yang tepat, buruk bisa menjadi baik, dan hal yang aneh bisa menjadi hal yang indah.
  • Untuk sukses, Mukunda mengatakan: Pahami dirimu, hal apa yang ingin kamu capai dalam hidup, dan sadarlah akan kekuatanmu.
  • Banyak orang yang berhasil bukan karena mereka hebat dalam segala hal, tetapi mereka tahu kekuatan mereka dan memilih sesuatu yang cocok dengan mereka.
  • Penelitian Modern positive psychology menunjukan bahwa kunci untuk bahagia adalah memperkuat signature strengths.
  • Penelitian yang dilakukan oleh Galupp menunjukan bahwa semakin lama kita menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang kita kuasai, semakin sedikit stres yang kita dapatkan dan kita akan semakin merasa bahwa kita dihargai.
  • Ada orang jujur yang sukses ada orang yang tidak jujur yang sukses. Orang jujur bisa sukses karena mengikuti sistem yang ada. Kehidupan mereka menjadi stabil. Orang yang tidak jujur bisa sukses karena mereka memiliki seseorang yang dipercaya. Mereka menciptakan sistem mereka sendiri.
  • Dalam ilmu ekonomi dinamakan “discipline of continuous dealings.” Ketika kamu tahu dan percaya pada seseorang, hal itu akan membuat sebuah transaksi lancar dan mudah. Itu berarti memproduksi pasar yang lebih baik dan nilai yang lebih untuk orang-orang yang terlibat. Tapi ingat, sukses dengan cara tidak jujur adalah tindakan kriminal!
  • Ada tiga tipe orang di dunia ini menurut Adam Grant:
    1. Givers: orang yang memberi tanpa menunggu apapun. Mereka memulai duluan.
    2. Matcher: orang yang memberi ketika diberi duluan. Mereka menunggu.
    3. Takers: orang tidak akan memberi. Mereka hanya mengambil.
  • Givers adalah orang yang bisa menjadi paling sukses karena mereka membuka pintu pertama kali, tetapi juga bisa gagal ketika mereka dimanfaatkan oleh takers. Maka dari itu givers harus bisa belajar untuk mengatakan tidak.
  • Matcher bisa sukses, hanya saja mereka mengurangi jumlah interaksi dan kesempatan. Sehingga tidak bisa maksimal dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan.
  • Takers hanya sukses dalam jangka pendek, di jangka panjang mereka akan gagal karena telah dicap sebagai orang yang hanya menjadi parasit.
  • Dari ketiga tipe di atas kita seharusnya bisa menjadi givers. Kita akan lebih bisa melebarkan kesempatan dan lebih bisa mendapatkan apa yang kita mau.
  • Beberapa orang hidup dan beberapa lainnya mati. Siapa yang akan bertahan? Bukan mereka yang kuat. Bukan mereka yang muda. Bukan mereka yang berani. Tetapi orang yang memiliki arti dalam hidup.

A man who becomes conscious of the responsibility he bears towards a human being who affectionately waits for him, pr to an unfinished work, will never be able to throw away hos life. He knows the “why” for his existence, and will be able to bear almost any “how.”

— Viktor Frankl

  • Jika hidup adalah tentang rasa senang, kita akan berhenti ketika sudah tidak mendapatkannya lagi. Ketika kita melangkah keluar dari kenyamanan, ketika kita hidup untuk sesuatu yang lebih besar daripada diri kita, kita tidak harus melawan rasa sakit lagi, kita justru akan menerima rasa sakit itu sebagai pengorbanan. Dan itu yang membuat kita tidak menyerah.
  • Tukang bersih-bersih yang melihat pekerjaannya “hanya sebuah pekerjaan” tidak mendapatkan kepuasan yang dalam dari karier mereka. Tetapi mereka yang mengatakan kepada dirinya bahwa itu adalah “panggilan” dan pekerjaan itu bisa membantu orang sakit lebih baik, akan melihat pekerjaan mereka sangat berarti.
  • Penelitian menunjukan bahwa tekad itu seperti otot. Dia akan kelelahan jika kita menggunakannya secara berlebihan. Maka dari itu kita harus bisa memprioritaskan hal apa saja yang paling penting dan paling berarti dalam hidup kita. Karena ketika kita memilih untuk mengambil kesempatan A, kita akan kehilangan kesempatan B-Z.
  • Buatlah tantangan atau tujuan itu seperti sebuah permainan. Menyenangkan dan memberi hadiah. Penelitian menunjukan bahwa ketika kita menyerah pada tujuan yang tidak bisa dicapai, kita akan lebih bahagia, tidak stres dan mengurangi kemungkinan untuk sakit. Menyerah itu dianjurkan jika pekerjaan yang kita lakukan sudah tidak bekerja lagi.
  • Berbicara tentang keberuntungan, para peneliti menemukan hal yang menarik. Richard Wiseman, seorang profesor di Hertfordshire, melakukan sebuah eksperimen dan hasilnya adalah bahwa keberuntungan bukan hanya sesuatu yang random, tetapi keberuntungan menyangkut pilihan yang orang-orang buat.
  • Wiseman menemukan bahwa orang yang beruntung memaksimalkan kesempatan. Mereka lebih terbuka akan pengalaman baru, singkatnya, mereka banyak mencoba.
  • Takut gagal? Itu baik! Thomas Gilovich dari Universitas Cornell menemukan bahwa orang akan dua kali lebih menyesal tentang sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan daripada merasa gagal. Alasanya? Kita bisa merasionalkan kegagalan, tetapi kita tidak bisa merasionalkan sesuatu yang tidak pernah kita lakukan.

Jika kamu belum tahu pada hal apa yang harus kamu perjuangkan, kamu harus mencoba banyak hal untuk mengetahui hal apa saja yang membuatmu berhenti. Itu semua untuk menemukan jawaban. Dan di saat itulah kamu akan belajar dan tumbuh.

— Eric Barker

  • Untuk sukses ada kalanya kita bertahan dan berjuang, ada kalanya kita menyerah. Kita hanya diharuskan menemukan waktu yang tepat dan pada hal yang tepat.
  • Gabriele Oettingen, profesor di Universitas New York menemukan bahwa bermimpi, tidak hanya membawa kita kepada keinginan, tetapi juga menyakiti kesempatan yang kita miliki. Otak kita pintar untuk menceritakan fantasi. Ketika kita bermimpi hal positif kita akan merasakan bahwa hal itu sudah tercapai. Akhirnya kita malah mengendurkan usaha kita. 
  • Ekstrover akan cenderung memiliki banyak teman dan itu bisa menjadi hal yang menguntungkan (koneksi) dan hal yang merugikan (gangguan).
  • Introver memiliki kesulitan dalam membuka relasi, tetapi sangat mudah untuk fokus kepada tujuan.
  • Penelitian menunjukan dengan konsisten, bahwa ekstrover menghasilkan banyak uang. Stanford melakukan penelitian selama 20 tahun tentang nilai para MBA dan menemukan banyak di antara mereka adalah ekstrover.
  • Penelitian menunjukan bahwa introver juga bisa sukses dalam area dimana kita selalu menganggap bahwa hal itu adalah untuk ekstrover.
  • Baik ekstrover maupun introver bisa menjadi pemimpin yang baik tergantung pada siapa orang yang dipimpinnya.
  • Ketika karyawannya pasif, ekstrover akan bersinar. Tetapi, jika karyawannya adalah orang-orang yang termotivasi, introver memimpin dengan lebih baik karena mereka tahu bagaimana mendengar, membantu, dan memecahkan masalah.
  • Kelemahan dari seorang ekstrover adalah kurang bisanya mereka menguasai keahlian mendengar, karena mereka lebih mengedepankan jabatan dan peran.
  • Mihaly Csikszentmihalyi, peneliti yang menginterview lebih dari 90 orang kreatif di dunia menemukan sebuah kesamaan. Yaitu hampir setiap dari mereka memiliki seorang mentor ketika masih kuliah.
  • Ketika kita terhubung dengan seseorang, kita akan termotivasi. Dan ketika orang itu membuat kita merasakan bahwa kita bisa melakukan sesuatu, kita akan menciptakan hasil yang nyata.
  • Kepercayaan diri adalah sesuatu yang sangat bertenaga. Itu akan memberikan kita perasaan kontrol.
  • Penelitian dari Universitas California di Berkeley menemukan bahwa percaya diri yang tinggi membuat orang lain merasakan bahwa kita adalah orang yang kompeten dan memiliki status yang tinggi.
  • Masalah yang kita temui adalah ketika kita tidak bisa percaya diri, akhirnya kita mengadopsi nasihat “fake it till you make it!”
  • Sayangnya, data menunjukkan bahwa ketika kita berhasil karena menipu (pura-pura percaya diri), kita tidak hanya menipu orang lain, tetapi juga menipu diri sendiri. 
  • Kurang percaya diri juga memiliki keunggulan dan kekurangannya. Perasaan ini membuat kita tidak sombong, tetapi juga membuat kita mudah dibohongi.
  • Orang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah dengan iringan sebuah ambisi akan menciptakan keunggulan. Kepercayaan diri yang rendah membuat kita mau untuk terus belajar, ambisi akan membuat kita termotivasi.
  • Mengapa hal itu bekerja? Penelitian psikologi telah menemukan bahwa perasaan negatif bisa menghasilkan motivasi untuk belajar. Jika kita dapat nilai A dalam sebuah tes, kita akan tersenyum dan melanjutkan hal lain. Jika kita mendapatkan nilai F, kita ingin mempelajari alasan kenapa kita gagal. Dengan kata lain kita akan mendapatkan feedback.
  • Tetapi dua hal di atas terlihat payah ya? Seperti tidak ada jawaban pasti mana yang harus kita pilih. Percaya diri atau kurang percaya diri? Bagaimana kalau kita buang masalah kepercayaan diri ini dan menggantinya dengan self-compassion.
  • Compassion atau kasih sayang untuk diri kita sendiri ketika kita gagal mengartikan bahwa kita tidak harus menjadi seorang yang brengsek dalam delusi dan kita tidak harus merasakan ketidakmampuan untuk memperbaiki sesuatu. Jadi, berhentilah menganggap bahwa diri kita ini luar biasa, tetapi fokuskan pada pemaafan diri ketika kita tidak menjadi orang yang luar biasa.
  • Penelitian menunjukan bahwa meningkatkan self-compassion akan memberi keuntungan pada penghargaan diri kita. Dan kabar baiknya, self compassion tidak memiliki dampak negatif.
  • Penelitian neurosains menunjukkan bahwa mengembangkan self-compassion akan mengantarkan kita untuk merasakan kasih sayang dari orang lain, hal ini tidak akan kita dapat ketika kita dalam mode ‘terlalu percaya diri’. 
  • Di bawah fMRI, orang yang memaafkan dirinya mengaktifkan bagian otak yang sama ketika kita peduli dengan orang lain.
  • Self-compassion mengizinkan kita melihat fakta dan menerima bahwa kita bukanlah orang yang sempurna. Orang dengan self-compassion tidak butuh membuktikan dirinya dan yang lebih menarik, mereka juga tidak menganggap bahwa diri mereka adalah ‘pecundang’.
  • Jika masih menginginkan kepercayaan diri, lakukan dengan cara yang benar, yaitu dengan melakukan yang terbaik pada sesuatu yang kita sukai. Memalsukan kepercayaan diri juga hal yang berbahaya. Yang terbaik adalah dengan menerapkan self -compassion.

The only place where success comes before work is a dictionary.

— Vidal Sassoon

  • Bekerja adalah sesuatu keharusan untuk mencapai kesuksesan. Bagaimana dengan pensiun? Apakah itu hal yang baik? Tidak! Pensiun membuka pintu untuk penurunan kognitif, serangan jantung dan kanker. Itu semua bukan karena bertambahnya usia, tetapi karena berhentinya kita dari kegiatan yang aktif. Tetapi bukan berarti kita harus kerja secara terus menerus, kan?
  • Psikolog Richard Ryan mengatakan bahwa salah satu alasan kegelisahan dan depresi adalah karena mereka tidak memiliki sebuah hubungan yang baik. Mereka sibuk mencari uang dan mengurangi diri mereka dalam hal cinta, perhatian, kepedulian dan empati yang sebenarnya adalah hal yang sangat penting.
  • Jadi, bekerja dengan passion yang kita miliki akan membawa kesuksesan, tetapi juga bisa mendesak keluar sebuah hubungan, yang merupakan kunci kebahagiaan.
  • Seperti yang diterbitkan Julia Boehm dan Sonja Lyubomirsky dalam Journal of Career Assessment, bahwa sukses tidak menghadiahi kita kebahagiaan sesering kebahagiaan menghadiahi kita kesuksesan.
  • Ketika the American Medical Association menyurvei dokter-dokter hebat bagaimana cara mereka menghindari stres, satu hal yang disebutkan adalah “berbagi masalah dengan keluarga dan teman.”
  • Kita mempunyai batas, dan untuk mewujudkan kehidupan yang baik, kita membutuhkan karier yang sesuai dengan kita dan dukungan dari orang-orang yang kita cintai.
  • Kita harus menerapkan sikap proaktif, yaitu memberi waktu untuk berpikir sebelum mengambil keputusan. Hal ini bisa kita gunakan untuk merencanakan sesuatu secara matang dan mencegah kita mengambil keputusan yang merugikan.
  • Untuk mendapatkan keseimbangan antara karier dan kehidupan kita membutuhkan rencana. Robert Epstein menyurvei 30 ribu orang di 30 negara dan menemukan bahwa cara paling efektif untuk mengurangi stres adalah dengan membuat rencana.
  • Ketika kita membuat rencana, kita akan tahu masalah apa yang akan dihadapi, sehingga kita dalam kontrol.
  • penelitian fMRI menunjukan, bahwa perasaan dalam kontrol bisa memotivasi kita untuk bertindak.

Kesuksesan bukanlah hasil dari satu kualitas saja, tetapi hasil keseimbangan antara siapa diri kita dan dimana pilihan kita.

Maka untuk mencapai kesuksesan, pastikan hal di bawah ini:

  • Kamu menemukan arti suksesmu sendiri.
  • Kamu tahu siapa dirimu.
  • Kamu tahu bagaimana cara menjadi yang terbaik versi dirimu.
  • Kamu tahu bagaimana cara mengatasi masalah dari dalam dan dari luar.

You can’t change what’s going on around you, until you start changing what’s going on within you.